Rabu, 16 Juli 2014

VISI DAN MISI IRIGASI DAN RAWA III




UMUM
Jaringan pengairan daerah rawa bertujuan antara lain untuk meningkatkan produksi pertanian terutama pangan, khususnya beras, menunjang program transmigrasi, menyediakan lapangan kerja baru bagi masyarakat di bidang pertanian yang sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pangan nasional. Salah satu faktor keberhasilan budidaya padi dan lahan persawahan terletak pada keserasian pengaturan air/sistem suply dan drainase. Kurang berhasilnya areal pengolahan dalam budidaya pertanian adalah disebabkan sarana tata air tidak  berfungsi dengan baik sehingga lahan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.

LATAR BELAKANG
Provinsi Kalimantan Timur memiliki luas daratan 19 juta hektar berdasarkan rencana tata ruang dan wilayah Kaltim yang sekarang sedang direvisi terdiri dari 9 juta hektar adalah kawasan budidaya kehutanan (KBK), 8 juta hektar dikuasai emas hitam dan buah minyak goreng, luasan 2 juta hektar diperuntukkan bagi pemukiman, pertanian, dan lain-lain.
Saat ini pemerintah telah memberikan sebuah keputusan baru menjadikan Kaltim sebagai lokasi food estate. Target surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 diharapkan bisa tercapai, jika program food esatate atau kawasan khusus pertanian skala luas bisa berjalan dengan baik khususnya daerah Kalimantan Timur. Lahan yang ada sangat menjanjikan terutama untuk menyokong ketahanan pangan 2014, apalagi sudah ada potensi 200.000 ha lahan yang dijanjikan Gubernur Kaltim.

VISI
Melaksanakan penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pembinaan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan, serta persiapan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana, bantuan teknis pelaksanaan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air pada irigasi dan rawa.

MISI

  1. Penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria perencanaan kegiatan, pelaksanaan dan pengendalian konstruksi, serta penilaian kesiapan pelaksanaan kegiatan irigasi dan rawa.
  2. Pembinaan perencanaan teknis dan penyusunan anggaran kegiatan, serta persiapan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana irigasi dan rawa.
  3. Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan irigasi dan rawa.
  4. Pembinaan dan bantuan teknis kepada pemerintah provinsi, kabupaten/kota, serta masyarakat dan dunia usaha; dan
  5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga irigasi dan rawa.


PAKET KEGIATAN TAHUN 2014

  1. Lanjutan Peningkatan Jaringan Reklamasi Rawa DR. Padang Pangrapat (500 Ha)
  2. Lanjutan Peningkatan Jaringan Reklamasi Rawa DR. Suliliran (350 Ha) Kabupaten Paser
  3. Lanjutan Peningkatan Jaringan Reklamasi Rawa Dr. Sebakung (1.000 Ha) Kabupaten Penajam Paser Utara dan Paser
  4. Lanjutan Peningkatan Jaringan Reklamasi Rawa DR. Petung Kabupaten Penajam Paser Utara
  5. Rehabilitasi Jaringan Reklamasi Rawa DR. Sebakung (500 Ha) Kabupaten Penajam Paser Utara
  6. Lanjutan Peningkatan Jaringan Tata Air Tambak DR. Babulu dan Labangka (2.000 Ha) Kab. Penajam Paser Utara
  7. Rehabilitasi Jaringan Tata Air Tambak Kabupaten Berau (3.000 Ha) (Tersebar)
  8. Lanjutan Peningkatan Jaringan Reklamasi Rawa DR. Tanjung Buka 1 - 2  (1.400 Ha)  Kab. Bulungan
  9. Lanjutan Peningkatan Jaringan Reklamasi Rawa DR. Tanjung Buka 3 - 4  ( 350 Ha )  Kab. Bulungan
  10. Lanjutan Peningkatan Jaringan Reklamasi Rawa DR. Tanjung Buka 5 - 6  ( 400 Ha )  Kab. Bulungan
  11. Lanjutan Peningkatan Jaringan Reklamasi Rawa DR. Selang Ketok ( Tanjung Buka  1 - 3) (500 Ha) Kab. Bulungan
  12. Lanjutan Peningkatan Jaringan Tata Air Tambak DR. Tanah Kuning (2.350 Ha) Kab. Bulungan
  13. Rehabilitasi Jaringan Tata Air Tambak Kabupaten Bulungan (3.405 Ha) (Tersebar)
  14. Rehabilitasi Jaringan Tata Air Tambak DR. Muara Pantuan (2.000 Ha) Kab. Kutai Kartanegara
  15. Rehabilitasi Jaringan Tata Air Tambak DR. Muara Jawa (950 Ha) Kab. Kutai Kartanegara
  16. Rehabilitasi Jaringan Tata Air Tambak DR. Pujit (1.950 Ha) Kab. Kutai Kartanegara
  17. Rehabilitasi Jaringan Tata Air Tambak DR. Tanjung Harapan (2.000 Ha) Kab. Kutai Kartanegara

Kamis, 20 Desember 2012

Proyek Rawa Sebakung Masih Butuh Dana Pengembangan Jaringan



Posted by beritaraya on 12/20/2012 10:37:00 PM in daerah, headline, pilihan | 0 komentar

Balikpapan, Beritarayaonline.com -"Petani ada, lahan ada dan tak bermasalah.Namun, lahan tak bisa dibuka karena tak ada dana dari pemerintah pusat, terutama untuk pembangunan jaringan baru untuk mengairi areal persawahan yang produksi padi telah mencapai 5 ton per hektar,"ujar Kalpin Nur, PPK Irigasi Rawa III yang mewakili Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan III, Ir.H.Irawan Hartono,MT, kepada wartawan yang mengunjungi proyek Daerah Rawa (DR) Sebakung, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kecamatan Babulu Darat, Provinsi Kalimantan Timur, Rabu siang (19/12/2012).

Dijelaskannya lagi, tahun anggaran 2012 dikucurkan dana Rp 5 Miliar, dan dapat dana Sisa Anggaran Lebih (SAL) Rp 19 miliar.Sedangkan untuk tahun 2013 hanya mendapat anggaran Rp 5 miliar."Itu pun hanya untuk rehab, tak ada dana untuk pembangunan fisik bangunan air baru.Petani hanya ingin membuka lahan baru.Jadi petani dan lahan sudah siap, tetapi jaringan belum dibangun karena tak ada anggaran dari pemerintah pusat dalam hal ini Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum,"ucapnya.

Menurut Kalpin Nur,  lahan rawa di sini potensinya seluas 13.500 hektar, sebanyak 7200 hektar baru terbuka, dan yang produktif 500 Ha."Kita sayangkan di DR Sebakung baru panen satu kali setahun.Padahal bisa ditingkatkan lagi panen dua kali setahun, sebab di sini lahan ada dan penggarap juga ada.Ini merupakan kebijakan pusat untuk memberikan dana yang sangat kurang sekali,"katanya.

Menurutnya, Daerah rawa (DR) Sebakung merupakan lahan rawa yang sangat luas (kurang lebih 13.500 hektar) dengan kondisi lahan sebagian dipengaruhi oleh pasang surut laut yang melalui Sungai Telake dengan zona hidrotopografi D,C,B.Namun, sampai saat ini DR Sebakung secara keseluruhan belum berfungsi secara optimal seperti yang diharapkan."Kehadiran DR Sebakung untuk mendukung Food Estate yaitu ketahanan pangan Kalimantan Timur sebagai lumbung pangan nasional.Jadi moment tepat bagi proyek DR Sebakung. Namun, orang masih memandang sebelah mata terhadap proyek rawa. Sebakung rawa yang sudah berkualitas bagus,"kilahnya.

Sementara itu Ir.Totbok Reinhart P.Simanjuntak, Dipl,HE,MT,MMin, pakar rawa dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pekerjaan Umum (Widyaiswara Utama) mengatakan Daerah Rawa (DR) Sebakung awalnya adalah hutan, genangan dan rawa yang dibuka tahun 1979.Pada tahap pertama dibuat dulu saluran drainase untuk mencuci lahan."Lalu setelah itu membuka lahan, transmigrasi masuk.Mencuci lahan karena tanahnya asam.5 sampai 10 tahun kemudian lahan sudah baik, apalagi tanah di Sebakung umumnya tanah mineral, bukan tanah gambut.Baru setelah itu PU bangun pintu-pintu air.Sekarang pekerjaan tahap kedua melengkapi tahap ketiga.Berbeda dengan irigasi di Jawa air dialiri terus. Di sini petani harus pintar-pintar simpan air karena baru panen padi satu kali setahun.Produksi padi di sini telah capai 5 ton per hektar.Dengan dilengkapi bangunan-bangunan air akan panen dua kali setahun,"katanya seraya menambahkan jadi dibutuhkan keuletan dan kerja keras, sebab ada juga petani tak tahan, lalu meninggalkan lokasi ini. (lasman simanjuntak














Selasa, 28 Agustus 2012

FOOD ESTATE KALTIM ... TAMPARAN KERAS BAGI PEMPROP

Rabu, 29 Agustus 2012 , 08:58:00

Dahlan Iskan
SAMARINDA – Impian Kaltim menjadi lumbung pangan nasional menguap sudah. Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan memastikan tiga BUMN yang sedianya mengelola 100 ribu hektare lahan pertanian di Bumi Etam, mundur.
Penyebabnya, areal yang dijanjikan Pemprov Kaltim tak tersedia. Janji pun dianggap hanya omong kosong.
Kementerian bergabung dalam program food estate di Kaltim melalui tiga BUMN yakni PT Sang Hyang Sri (SHS), PT Pertani, dan Pupuk Sriwijaya atau Pussri  Holding. Diluncurkan Menteri Pertanian Suswono setahun lalu di Delta Sungai Kayan, Bulungan, ketiga BUMN tak kunjung mendapat kepastian lahan hingga sekarang.
"Kami cabut dari Kalimantan. Semua itu (intensifikasi lahan sawah) hanya omong kosong. Tidak ada itu tanah seluas seratus ribu hektare,” tegas Dahlan di kantor pusat PT Pertani, Jakarta, Selasa (28/8), seperti dikutip dari sejumlah media nasional.
Dahlan mengatakan, lahan pertanian itu ada tetapi sarat masalah. Kementerian BUMN yang mengurus perizinannya mendapati, izin tanah sudah diberikan kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Menteri BUMN menilai, Pemprov Kaltim tidak komit mencetak lahan sawah baru. “Yang sudah dijanjikan itu malah diberikan ke perkebunan sawit," katanya dengan kecewa.
Dahlan bahkan menemukan sejumlah kecurangan. Saat Kementerian mengurus izin lahan, tanah yang diberikan adalah lahan di sebelahnya. Kini, Dahlan pun mengintip potensi penambahan lahan sawah di daerah lain.
Namun demikian, pria yang sempat menjadi wartawan di Samarinda itu enggan menyebutkan provinsi mana yang diincar. “Calonnya sudah ada tetapi saya tidak mau bicara dulu. Nanti kejadian lagi seperti ini," ucapnya.
Sebagai informasi, Kementerian melalui tiga BUMN memerlukan seratus ribu hektare untuk pencetakan sawah baru. Rinciannya, PT Sang Hyang Sri (SHS) (40 ribu hektare), PT Pertani (30 ribu hektare), dan Pupuk Sriwijaya atau Pussri  Holding (30 ribu hektare).
Adapun lahan yang sudah diidentifikasi Pemprov Kaltim, hingga 18 Januari 2012 lalu seluas 298.221 hektare. Sementara permintaan lahan dari 20 investor, termasuk tiga BUMN, seperti dilansir Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kaltim, seluas 535.100 hektare. Seluas 143 ribu hektare di antaranya sudah tersedia (selengkapnya, silakan lihat grafis).
TAMPARAN BAGI KALTIM
Mundurnya tiga BUMN dari food estate sangat disayangkan Ketua Komisi II DPRD Kaltim, Rusman Yakub. Jika saja Pemprov serius, katanya, hal ini mestinya tidak terjadi.
Kementerian, kata Rusman, tidak serta-merta mengambil langkah ini. “Pertanyaan sederhananya, mengapa sampai mundur? Kalau saya lihat pernyataan Menteri BUMN di berbagai media, Pak Dahlan itu dikerjain. Diberi harapan (oleh Pemprov) tapi tak ditindaklanjuti,” tegasnya.
Rusman mengakui, Komisi II yang juga membidangi pertanian tak pernah diberi informasi tentang hambatan food estate.
“Kami tahunya hanya dari media,” ucapnya.
Dikatakan, keputusan Dahlan merupakan tamparan bagi provinsi ini dan menjadi pembelajaran untuk selalu serius kepada semua program. Selama ini, terang politisi PPP tersebut, Pemprov Kaltim terkesan hanya heboh pada awalnya dan serba seremonial.
“Tapi hasil akhirnya nol. Ini tamparan luar biasa bagi Pemprov. Jarang-jarang seorang menteri bicara keras seperti itu. BUMN pasti merasa dibohongi,” sebutnya.
Dilihat dari sisi jangka panjang, kepergian BUMN merupakan kerugian bagi masyarakat Kaltim. Digadang-gadang menjadi lokomotif baru menggantikan pertambangan batu bara, food estate malah pergi dari Kaltim.
“Belum lagi berbicara petani yang mengharapkan pendampingan BUMN. Anehnya, begitu menerbitkan izin perkebunan kelapa sawit dari investor asing, cepat sekali,” heran Rusman.
Dia menegaskan, langkah yang diambil Kementerian tak lain disebabkan tidak seriusnya Pemprov Kaltim. “Tapi kalau pencitraan, heboh-heboh di awal, semuanya jago,” sindirnya.
Hingga berita ini diturunkan, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak belum bisa dikonfirmasi. Bertolak ke Jakarta sejak pagi kemarin, pertanyaan media ini yang dikirim melalui pesan singkat belum dijawab. Begitu pula saat beberapa kali dihubungi.
Kepala Bappeda Kaltim, Rusmadi, sampai berita ini naik cetak, juga belum dapat dikonfirmasi tanggapan atas Mundurnya ketiga BUMN. Namun dalam beberapa wawancara dengan Kaltim Post belum lama ini, Rusmadi mengatakan, persoalan lokasi, izin lokasi, dan kepastian hukum tentang lahan semuanya diselesaikan di tingkat kabupaten.
“Padahal investor sudah berbondong-bondong (mau investasi),” jelasnya. Menurutnya, pemerintah kabupaten harus berakselerasi dan lebih serius menjalankan program nasional untuk memenuhi swasembada pangan. Namun demikian, Rusmadi juga mengingatkan, permasalahan lahan harus dilakukan secara hati-hati. Jangan sampai ada tumpang tindih kepentingan di lahan yang justru menghambat investasi. (fel/che)

Dahlan Batalkan Penambahan Lahan Sawah di Kaltim


Tribun Kaltim - Selasa, 28 Agustus 2012 13:10 WITA
Dahlan.jpg
JAKARTA, tribunkaltim.co.id -  Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membatalkan program penambahan lahan pertanian seluas 100.000 hektare (ha) di Kalimantan Timur. Menteri BUMN, Dahlan Iskan bilang, program tersebut batal karena tanah yang semula ditawarkan Pemerintah Daerah tidak tersedia. "Kami cabut dari Kalimantan, semua itu (intensifikasi lahan sawah) itu hanya omong kosong. Tidak ada itu tanah seluas 100.000 ha," kata Dahlan di kantor pusat PT Pertani, Jakarta, Selasa (28/8).
Menurut Dahlan, lahan pertanian itu memang ada, tetapi sarat dengan masalah. Hal itu diketahui setelah pihak kementerian BUMN mengurus perizinannya. Diketahui, izin tanah sudah diberikan kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Dahlan menilai, pemerintah daerah setempat tidak memiliki komitmen mencetak lahan sawah baru. "Termasuk yang sudah dijanjikan itu malah sudah diberikan ke perkebunan sawit," tegasnya kecewa.
Tak hanya masalah lahan yang membuat Dahlan kecewa denga Kalimantan Timur, dirinya juga menemukan ada masalah dan kecurangan lainnya. "Saat kami urus surat izin untuk tanah tersebut, ternyata tanah yang diberikan adalah lahan sebelahnya," jelasnya.
Karena membatalkan proyek penambahan lahan sawah baru di Kalimantan Timur, kini Dahlan mengintip potensi penambahan lahan sawah di daerah lain. Sayangnya, Dahlan ogah menyebutkan provinsi yang diincarnya itu. "Calonnya sudah ada. Tetapi saya tidak mau ngomong ah. Nanti kejadian lagi kayak seperti ini," ujarnya.
Seperti diketahui, Kementerian BUMN sedang menggagas program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) sebesar 100.000 ha. Area yang diincar adalah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Editor : Fransina
Sumber : Kontan

Kamis, 19 Juli 2012

Permasalahan Foodestate Kaltim

Kamis, 19 Juli 2012 , 10:26:00

SAMARINDA – Nasib program food estate di Kaltim, terutama persoalan ketersediaan lahan, disebut berada di tangan para bupati. Kemampuan menyediakan lahan akan membuktikan apakah para pemimpin daerah itu mendukung program ketahanan pangan nasional.
Tentu para bupati juga tidak ingin kabupatennya dicap hanya jago mengobral izin tambang batu bara dan perkebunan. Sebab, data yang diperoleh media ini menunjukkan, izin perkebunan kelapa sawit dan tambang batu bara menguasai hampir setengah luas provinsi ini.
Mengulik data Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim, sebelas bupati dan wali kota di Bumi Etam telah mengeluarkan 204 izin usaha perkebunan dengan luas 2,6 juta hektare. Dari jumlah itu, izin yang ditingkatkan menjadi hak guna usaha mencapai 983,1 ribu hektare dari 155 perusahaan. Realisasi total tanam untuk kebun inti, plasma, dan kebun rakyat mencapai 827 ribu hektare.
Sementara catatan Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kaltim menunjukkan, luas izin tambang yang sudah diterbitkan pada 2011 mencapai 5,5 juta hektare. Itu terdiri dari 3,3 juta hektare yang eksplorasi (364 izin) dan 2,2 juta yang eksploitasi (498 izin).
Pertanyaannya, jika para bupati mampu mengeluarkan izin pertambangan dan perkebunan dengan luas jutaan hektare, bagaimana lahan tanaman pangan yang “hanya” perlu 535 ribu hektare?
Apalagi sebanyak 100 ribu hektare lahan dipastikan akan digunakan tiga BUMN. Pertama, 100 ribu hektare untuk tiga BUMN yakni PT Sang Hyang Sri (SHS) (40 ribu hektare), PT Pertani (30 ribu hektare), dan Pupuk Sriwijaya atau Pussri  Holding (30 ribu hektare).
Informasi yang diterima Kaltim Post, program food estate menghadapi persoalan ketersediaan lahan. Bahkan, Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan mengancam, akan memindahkan investasi tersebut bila lahan tak kunjung siap. Tidak tanggung-tanggung, nilai investasi tiga BUMN itu mencapai Rp 9 triliun.
Dalam beberapa kesempatan, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak melontarkan kalimat kepada publik bahwa pertanian menjadi lokomotif ekonomi baru di provinsi ini. Hal itu sebagai antisipasi selesainya era batu bara.
“Investasi Rp 9 triliun itu sangat luar biasa. Saya menganggap Pak Dahlan seperti malaikat,” ucap Gubernur ketika panen perdana di Delta Kayan Food Estate, bulan lalu.
Tetapi tanpa dukungan para bupati, bukan tidak mungkin lokomotif tadi segera pergi tanpa gerbong. Modal Rp 9 triliun bisa melayang dari Kaltim hanya karena ketersediaan lahan.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kaltim, Rusmadi, menyebutkan bahwa sejauh ini yang baru berjalan adalah Solaria melalui PT Nusa Agro Mandiri di Bulungan yang menunjukkan hasil positif. Mantan dekan Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman ini mengatakan, ketersediaan lahan sepenuhnya ditentukan kabupaten. Pemprov hanya mendorong dan mendampingi sehingga investor benar-benar mewujudkan investasinya.
GELIAT SAWIT
Dua tahun belakangan, kuasa modal begitu banyak melirik perkebunan kelapa sawit. Pada semester pertama 2012, realisasi investasi di bidang ini sebanyak Rp 4,1 triliun atau hampir 50 persen dari seluruh investasi di Kaltim. Itu sudah termasuk industri minyak sawit.
Kecenderungan serupa terlihat sejak semester pertama 2011. Modal yang masuk ke Kaltim di sektor perkebunan sawit menembus Rp 3 triliun. “Akhir-akhir ini memang meningkat dan paling banyak adalah penanaman modal asing,” jelas Kepala Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Kaltim, M Yadi Sabianoor.
Menurut data BPPMD Kaltim, selain penanaman modal terbesar, sektor perkebunan kelapa sawit paling banyak menyerap tenaga kerja. Dari semua sektor, sedikitnya bisa memperkerjakan 34 ribu orang. Lebih dari separuhnya diyakini bekerja di sektor perkebunan kelapa sawit.
“Masalahnya, yang menjadi pekerja di perkebunan itu kebanyakan pendatang. Mungkin karena penduduk kita tidak mau bekerja seperti menjadi buruh perkebunan,” lanjutnya.
Sementara di sektor pertambangan batu bara, nilai investasi pada dua tahun terakhir memang di bawah Rp 1 triliun. Ini karena investasi yang lebih besar sudah ditanam sejak tahun-tahun sebelumnya. Lebih dari itu, pertambangan akan memengaruhi aktivitas ikutannya seperti jasa lain di bidang pertambangan dan perdagangan.
Yadi mengatakan, belum signifikannya investasi sektor tanaman pangan disebabkan program food estate baru dimulai tahun ini. Investor, katanya, belum tentu menggelontorkan semua dananya di awal-awal usaha. “Jadi wajar bila rencana investasinya besar tetapi realisasinya tidak terlalu besar,” jelasnya.
Yadi sepakat, ketersediaan lahan menjadi faktor penting suksesnya program ketahanan pangan ini. Nilai investasi dari tiga BUMN dalam food estate yang Rp 9 triliun, sebutnya, sungguh besar. Itu bisa dibandingkan dengan investasi semester pertama tahun ini yang Rp 8 triliun.
“Artinya, investasi tiga BUMN itu saja sudah melebihi seluruh investasi semester pertama tadi,” jelasnya. (fel/zal)