Balikpapan,
Beritarayaonline.com -"Petani ada, lahan ada dan tak bermasalah.Namun,
lahan tak bisa dibuka karena tak ada dana dari pemerintah pusat, terutama untuk
pembangunan jaringan baru untuk mengairi areal persawahan yang produksi padi
telah mencapai 5 ton per hektar,"ujar Kalpin Nur, PPK Irigasi Rawa III
yang mewakili Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan III, Ir.H.Irawan
Hartono,MT, kepada wartawan yang mengunjungi proyek Daerah Rawa (DR) Sebakung,
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kecamatan Babulu Darat, Provinsi Kalimantan
Timur, Rabu siang (19/12/2012).
Dijelaskannya
lagi, tahun anggaran 2012 dikucurkan dana Rp 5 Miliar, dan dapat dana Sisa
Anggaran Lebih (SAL) Rp 19 miliar.Sedangkan untuk tahun 2013 hanya mendapat
anggaran Rp 5 miliar."Itu pun hanya untuk rehab, tak ada dana untuk
pembangunan fisik bangunan air baru.Petani hanya ingin membuka lahan baru.Jadi
petani dan lahan sudah siap, tetapi jaringan belum dibangun karena tak ada
anggaran dari pemerintah pusat dalam hal ini Ditjen Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum,"ucapnya.
Menurut
Kalpin Nur, lahan rawa di sini potensinya seluas 13.500 hektar, sebanyak
7200 hektar baru terbuka, dan yang produktif 500 Ha."Kita sayangkan di DR
Sebakung baru panen satu kali setahun.Padahal bisa ditingkatkan lagi panen dua
kali setahun, sebab di sini lahan ada dan penggarap juga ada.Ini merupakan
kebijakan pusat untuk memberikan dana yang sangat kurang sekali,"katanya.
Menurutnya,
Daerah rawa (DR) Sebakung merupakan lahan rawa yang sangat luas (kurang lebih
13.500 hektar) dengan kondisi lahan sebagian dipengaruhi oleh pasang surut laut
yang melalui Sungai Telake dengan zona hidrotopografi D,C,B.Namun, sampai saat
ini DR Sebakung secara keseluruhan belum berfungsi secara optimal seperti yang
diharapkan."Kehadiran DR Sebakung untuk mendukung Food Estate yaitu
ketahanan pangan Kalimantan Timur sebagai lumbung pangan nasional.Jadi moment
tepat bagi proyek DR Sebakung. Namun, orang masih memandang sebelah mata
terhadap proyek rawa. Sebakung rawa yang sudah berkualitas
bagus,"kilahnya.
Sementara
itu Ir.Totbok Reinhart P.Simanjuntak, Dipl,HE,MT,MMin, pakar rawa dari Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pekerjaan Umum (Widyaiswara Utama)
mengatakan Daerah Rawa (DR) Sebakung awalnya adalah hutan, genangan dan rawa
yang dibuka tahun 1979.Pada tahap pertama dibuat dulu saluran drainase untuk
mencuci lahan."Lalu setelah itu membuka lahan, transmigrasi masuk.Mencuci
lahan karena tanahnya asam.5 sampai 10 tahun kemudian lahan sudah baik, apalagi
tanah di Sebakung umumnya tanah mineral, bukan tanah gambut.Baru setelah itu PU
bangun pintu-pintu air.Sekarang pekerjaan tahap kedua melengkapi tahap
ketiga.Berbeda dengan irigasi di Jawa air dialiri terus. Di sini petani harus
pintar-pintar simpan air karena baru panen padi satu kali setahun.Produksi padi
di sini telah capai 5 ton per hektar.Dengan dilengkapi bangunan-bangunan air
akan panen dua kali setahun,"katanya seraya menambahkan jadi dibutuhkan
keuletan dan kerja keras, sebab ada juga petani tak tahan, lalu meninggalkan
lokasi ini. (lasman simanjuntak